Sejarah
PT.
Argo Travel berdiri tanggal 3 Oktober 1986, PT. Argo Travel di dirikan oleh
Bapak I Ketut Sujana berserta beberapa relasi lainnya, beliau pada awalnya
adalah guide pada sebuah travel. PT ter sebuat didirikan karena Pariwisata di
bali di kawasan seminyak pada khususnya sedang mengalami kemajuan sebagai
pemilik saham terbesar dan juga pelaksana I ketut Sunjana melikiki 50 orang
karyawan. Dalam perkembangannya, perusahana ini terus megalami kemajuan
puncaknya terjadi pada tahun 1990, hal tersebut di karenakan kunjungan
wisatawan baik asing maupun domestic yang dating kek bali dari hari ke hari
semakin membaik. Untuk memperlancar usahanya, Pt. Argo Travel telah memiliki
sekitar 20 kendaranan. Kendaraan tersebut digunakan didalam memperlancar proses
akomodasi tamu, setiap kendaraan memiliki rute sendiri-sendiri, rute tersebut
tidak hanya berada di kawasan Denpasar yang notabene menjadi tujuan kunjungan
wisata, tetapi juga daerah-daerah lain di bali seperti : Kintamani di Bangli,
Ubud di gianyar, Klungkung dan lain-lain
Pada
tahun 2002 pariwisata di Bali bahkan bias dikatakan diseluruh Indonesia sedikit
mengalami kelesuan, hal ini di karenakan oleh tragedy bon di legian yang
menewaskan Ratusan jiwa yang notabene adalah wisatawan asing, hal ini sangat
berdampak bagi pelaku- pelaku pariwisata di Bali PT. Argo Travel sendiri
merasakan dampaknya, tour-tour yang dijadwalkan dibatalkan oleh wisatawan
sehingga perusahan ini mengalamai banyak kerugian, karena kondisi seperti ini
terus berlangsung maka perusahan merumakan sekitar 25 oranga karyawan dan
mengurangi armadanya karena mahalnya operasional dan kunjungan wisatawan yang
tidak kunjung membaik.
Saat
ini PT. Argo Travel telah menjadi Favorit bagi wisatawan asing , bahkan travel
ini memiliki tamu langganan yang mengunakan jasa travel ini setiap kali
berkunjuang ke bali. Rute tourpun dikembangkan, tidak hanya dibali, bahkan
telah merambat ke luar bali seperti Lombok dan pulau Jawa. Saat ini PT. Argo
Travel dipimpin IGD Sucipta anak Sulung dari I Ketut Sujana, memiliki 52
karyawan dan 25 armada transportasi berserta sopir dan seorang pemandu wisata
(Guide)
Ada
beberapa tipe dari saham, termasuk Saham Biasa(common stock), Saham
Preferen (preferred stock), Saham Harta (treasury stock), dan
saham kelas ganda (dual class stock). Saham preferen biasanya memiliki
prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam pembagian Deviden dan aset,
dan kadangkala memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk
memveto penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham
baru dikeluarkan (yaitu, pemgang saham preferen dapat membeli saham yang
dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang
lain). Saham yang biasa dijual di Bursa Efek adalah saham biasa dan saham
preferen tidak diperjualbelikan di bursa efek. Struktur kelas ganda memiliki
beberapa kelas saham (contohnya, Kelas A, Kelas B, Kelas C) masing-masing
dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri. Saham harta adalah saham
yang telah dibeli balik dari masyarakat.
Masyarakat
dapat membeli saham biasa di bursa efek via broker. Di Indonesia, pembelian
saham harus dilakukan atas kelipatan 500 lembar atau disebut juga dengan 1 lot.
Saham pecahan (tidak bulat 500 lembar) bisa diperjualbelikan secara over the
counter. Salah satu tujuan masyarakat untuk membeli saham adalah untuk
mendapatkan keuntungan dengan cara:
1.Meningkatnya nilai kapital (capital gain).
2.Mendapatkan dividen.
Beberapa perusahaan Indonesia melakukan dual listing
saham di Bursa Efek Jakarta dan New York Stock Exchange. Saham yang
diperjualbelikan di NYSE tersebut biasa dikenal dengan American Depositary
Receipt (ADR). Harga saham, bisa naik atau pun turun, seiring dengan situasi
dan kondisi yang ada. Pada saat krisis moneter pada tahun 1998, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan barometer saham di Indonesia terpuruk hingga
mencapai nilai di bawah 400. Hal ini menyebabkan saham-saham di dalam negeri
menjadi under value. Dalam periode 2002-2006, nilai IHSG telah pulih
bahkan sudah beberapa kali memecahkan rekor.
Untuk bisa menilai apakah sebuah saham bernilai mahal atau
murah, biasanya digunakan rasio perhitungan seperti Earnig-per-Share
(EPS), Price-to-Earning Ratio (PER), Price-to-Book Value (PBV)
dan lain-lain. Untuk berinvestasi di saham, disarankan untuk melakukan teknik
valuasi terlebih dahulu dan uang yang hendak diinvestasikan disebar di dalam
beberapa saham, agar resiko bisa dibagi. Selain itu, banyak ahli (Jeremy J.
Siegel, James P. O’Shaughnessy) menyarankan agar berinvestasi di dalam saham
dilakukan dalam jangka panjang. Mereka menyarankan rentang waktu antara 10-20
tahun untuk bisa mendapatkan hasil yang signifikan dalam berinvestadi di dalam
saham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar